disesuaikan untuk kondisi bencana, menggunakan bahan yang mudah ditemukan di reruntuhan atau lingkungan sekitar.
Konsep Utama: Filtrasi Bertahap + Pengendapan
Karena air banjir membawa lumpur pekat (akibat longsor), filter akan cepat mampet jika air langsung dimasukkan. Kita perlu proses Pra-Filter.
Bahan-bahan Darurat (Mudah Ditemukan di Lokasi Bencana):
Arang Batok Kelapa: (Bisa diambil dari sisa bakaran dapur warga atau membuat sendiri). Fungsi: Menyerap racun pestisida dan bau bangkai/busuk.
Botol Air Mineral Bekas (1.5L) atau Galon Pecah: Sebagai wadah filter.
Kain Perca/Baju Bekas: (Kaos dalam, kerudung, atau kain saring tahu). Fungsi: Menahan kotoran fisik.
Ijuk (Serabut Kelapa/Aren): Sangat mudah ditemukan di Sumatera (pohon aren/kelapa). Fungsi: Menyaring lumpur kasar.
Pasir & Kerikil: Ambil dari sisa reruntuhan bangunan atau pinggir sungai (cuci bersih dulu).
Langkah 1: Pengendapan (Sedimentasi) - Sangat Penting!
Jangan langsung masukkan air banjir berwarna cokelat pekat ke dalam filter.
Ambil air banjir, masukkan ke dalam ember atau wadah besar.
Diamkan selama 1-2 jam hingga lumpur berat turun ke bawah.
Ambil air bagian atas yang agak bening saja untuk dimasukkan ke alat filter.
Tips Botani: Jika ada pohon Kelor (Moringa Oleifera) di sekitar, tumbuk bijinya yang sudah tua sampai halus, masukkan ke air keruh. Ini berfungsi sebagai koagulan alami yang mengikat lumpur agar mengendap sangat cepat (pengganti tawas).
Langkah 2: Pembuatan Alat Filter (Sistem Tabung)
Gunakan botol plastik 1.5 liter yang pantatnya dipotong (posisi terbalik). Susun lapisan dari BAWAH (mulut botol) ke ATAS:
Lapisan 1 (Paling Bawah): Spon/Kain Tebal
Sumbat mulut botol dengan kain padat. Ini benteng terakhir agar air keluar jernih.
Lapisan 2: Arang Batok (10 cm)
Tumbuk arang menjadi ukuran kerikil kecil (jangan jadi bubuk). Cuci dulu arangnya agar tidak hitam. Ini lapisan paling tebal karena air banjir rentan zat kimia.
Lapisan 3: Pasir Halus (5-7 cm)
Pasir bangunan atau pasir sungai yang sudah dicuci bersih. Menahan sisa lumpur halus.
Lapisan 4: Ijuk/Serabut Kelapa (3-5 cm)
Padatkan ijuk. Serabut ini sangat efektif menangkap lendir atau partikel melayang.
Lapisan 5 (Paling Atas): Kerikil/Batu Kecil & Kain Tipis
Letakkan kain tipis di atas ijuk, lalu timpa dengan batu kerikil. Fungsinya memecah aliran air agar tidak merusak susunan pasir di bawahnya saat air dituangkan.
Langkah 3: Disinfeksi (Membunuh Kuman)
Filter di atas hanya membuat air jernih (fisik) dan tidak berbau (kimia), tapi bakteri E.coli dari banjir masih ada.
Metode Rebus: Wajib rebus air hasil saringan hingga mendidih (100°C) minimal 3-5 menit.
Metode SODIS (Solar Disinfection) - Jika tidak ada bahan bakar:
Masukkan air hasil saringan yang sudah bening ke dalam botol plastik bening (PET).
Jemur di bawah terik matahari penuh (di atas atap/seng) selama 6 jam.
Sinar UV matahari akan membunuh bakteri.
Ringkasan Urutan Lapisan (Visual Cepat):
(Tuang air baku di sini)
⬇️ Kerikil & Batu (Pemecah arus)
⬇️ Kain Tipis (Penyaring kasar)
⬇️ Ijuk / Serabut Kelapa (Penahan lumpur)
⬇️ Pasir (Penyaring halus)
⬇️ Arang Batok Kelapa (Penyerap racun & bau)
⬇️ Kain Tebal/Spon (Penahan akhir)
(Air jernih keluar di sini)
Catatan Keamanan:
Jika air banjir terkontaminasi limbah industri atau terlihat berminyak pekat, jangan gunakan sumber air tersebut meskipun sudah difilter dengan arang, kecuali dalam keadaan sangat mendesak (hidup/mati). Arang memiliki batas kejenuhan dalam menyerap racun kimia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar